Minggu, 27 Desember 2009

Etika Komunikasi di Era Digital

Selasa, 9 September 2008 | 16:17 WIB


 Tren gaya hidup digital kini telah menjadi bagian dari hidup banyak orang di dunia. Kepraktisan merupakan ciri utama dari perkembangan teknologi digital saat ini. Kita jadi lebih mudah menghubungi orang lain di mana pun, kapan pun. Fenomena itu ternyata ikut mengubah cara kita berkomunikasi. Kalau dulu undangan pernikahan dikirimkan lewat pos atau kurir, kini lewat email pun tak apa. Ini baru contoh kecil dari revolusi komunikasi.

Baru-baru ini portal Yahoo melakukan survei kepada 2000 orang di Amerika Serikat untuk mengetahui pandangan mereka tentang tren komunikasi digital. Kemudahan berkomunikasi lewat email, SMS, atau fasilitas chatting di dunia maya, menurut situs ini tanpa disadari telah mengubah etika komunikasi sehingga barangkali etika tersebut perlu ditulis ulang.

Hampir 50 persen responden mengatakan mereka tak keberatan bila mendapat undangan pernikahan lewat instant messenger (IM) atau chatting. Mereka juga tak keberatan untuk mengucapkan terima kasih lewat IM. Sementara itu, satu dari sepuluh responden mengatakan memberi kabar kematian lewat fasilitas chatting adalah hal yang bisa diterima. Dalam hal bisnis separuh responden mengaku tak ingat kapan terakhir kali mereka mengirim surat yang ditulis tangan.

Faktor usia ikut memengaruhi pandangan tersebut. Misalnya saja, responden yang berusia di atas 50 tahun mengungkapkan, ucapan selamat ulang tahun minimal harus disampaikan lewat telepon, tidak lewat SMS. Bandingkan dengan responden berusia 18-30 tahun, yang menjawab memberi ucapan selamat ulang tahun lewat SMS pun cukup.

Sementara itu, dalam hal hubungan, sebagian besar memilih untuk melakukan komunikasi secara langsung. Sebanyak 16 persen responden yang berusia di bawah 30 tahun mengaku pernah memutuskan hubungan lewat IM. Lalu, 37 persen responden wanita menjawab semua bentuk usaha menggoda lawan jenis, termasuk lewat IM adalah bagian dari perselingkuhan. Hanya 30 persen pria yang setuju dengan pendapat tersebut.

Bila secara tak sengaja mengirimkan pesan yang kurang sopan lewat email atau IM, hampir 88 persen responden yang berusia di atas 50 tahun menjawab mereka akan minta maaf kepada orang tersebut. Sedangkan 33 persen anak muda mengatakan mereka hanya mengirimkan animasi (emoticon) wajah tersenyum.

Meski survei tersebut dilakukan kepada responden di Amerika, rasanya hasilnya tak akan berbeda jauh bila dilakukan di Indonesia. Bukankah sekarang ini tradisi mengirim kartu Lebaran atau Natal sudah hampir "punah" karena digantikan mudahnya berkirim pesan lewat SMS? Begitu juga dengan mengirimkan undangan lewat email yang lebih praktis.

AN
Sumber : yahoo

Sumber:

Tidak ada komentar: