Jumat, 01 Januari 2010

Tak Semua Lemak Berbahaya Bagi Kesehatan

Lemak yang terdapat di dalam makanan terdiri dari beberapa jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid). Lemak jenuh cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida, yang merupakan komponen-komponen lemak di dalam darah yang berbahaya bagi kesehatan.

Bahan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh adalah lemak hewan, lemak susu, mentega, keju, cream, santan, minyak kelapa, margarin, kue-kue yang terbuat dari bahan tersebut dan lain-lain. Sebaliknya, lemak tidak jenuh yang terdiri dari lemak tidak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid/MUPA) dan lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid/PUFA) dapat mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Lemak tidak jenuh terdapat banyak dalam minyak kedelai, minyak zaitun, dan minyak ikan. Saat ini banyak diteliti tentang asam lemak tidak jenuh omega-3 yang banyak terdapat dalam minyak ikan. Manfaat omega-3 antara lain dapat menurunkan kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida) dan dapat mencegah pembekuan darah yang disebabkan butir-butir pembekuan darah (trombosit) yang merupakan hal yang penting dalam mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah arteri. Oleh karena itu, tidak semua lemak berbahaya bagi kesehatan, karena asam lemak tidak jenuh melindungi jantung dan pembuluh darah dengan cara menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Kadar lemak darah yang tinggi.

Kadar lemak darah yang tinggi (dislipidemia) merupakan suatu keadaan didapatinya penumpukan yang berlebihan dari beberapa komponen lemak di dalam darah. Biasanya ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, terutama berupa kenaikan kadar kolesterol total (KT), kolesterol-LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kadar kolesterol-HDL(K-HDL). Dalam proses terjadinya kekakuan pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) semuanya komponen lipid di atas memegang peranan penting dan sangat erat kaitannya satu sama lain.

Peningkatan kadar lemak darah pada akhir-akhir ini mendapat perhatian luas dikalangan masyarakat, terutama pada orang-orang yang asupan lemaknya (yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan/minuman) cukup tinggi dan kurang bergerak. Berdasarkan penelitian di berbagai negara didapatkan hasil bahwa dengan meningkatnya asupan lemak menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol darah, dan penelitian lain membuktikan adanya hubungan antara meningkatnya asupan lemak dengan penyakit jantung koroner (PJK).

Kelompok masyarakat yang banyak menggunakan minyak goreng, margarine ataupun mentega dengan disertai makanan hewani berpeluang mengalami asupan lemak yang tinggi. Penelitian di Israel menunjukkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah pada imigran sejalan dengan asupan minyak yang meningkat dan berhubungan pula dengan meningkatnya PJK.

Sehubungan dengan meningkatnya kejadian PJK tersebut maka lemak yang perlu mendapat perhatian adalah lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda dan kolesterol.

Lemak jenuh.

Lemak jenuh merupakan penyebab utama meningkatnya KT dan K-LDL (kolesterol "jahat") darah, yang akhirnya menyebabkan aterosklerosis dan PJK. Salah satu sumber lemak jenuh adalah minyak goreng yang sering terdapat di dalam masakan sehari-hari terutama minyak kelapa atau kelapa sawit.

Juga, minyak goreng yang telah dipakai (jelanta) dapat menjadi lemak jenuh, yang tergantung pada lamanya pemanasan, suhu, dan komposisi asam lemak itu sendiri. Selain daripada minyak goreng, lemak jenuh banyak didapati pada lemak terhidrogenasi yang banyak didapati pada mentega dan margarine, yang berperan di dalam meningkatkan kolesterol-LDL dan menurunkan kolesterol HDL (kolesterol "baik") yang melindungi jantung dan pembuluh darah.

Lemak tidak jenuh tunggal.

Berdasarkan penelitian di negara-negara Timur Tengah yang penduduknya banyak menggunakan minyak zaitun dalam makanannya sehari-hari, didapatkan hasil bahwa kejadian PJK lebih jarang dibandingkan dengan orang Amerika. Hal ini disebabkan minyak zaitun banyak mengandung lemak tidak jenuh tunggal yang dapat menggantikan penggunaan lemak jenuh dan lemak tidak jenuh ganda. Demikian pula, hasil yang didapat dari penelitian-penelitian lainnya bahwa asam lemak tidak jenuh tunggal menurunkan kadar kolesterol darah maupun kolesterol-LDL.

Lemak tidak jenuh ganda.

Lemak tidak jenuh ganda terbukti menurunkan kadar kolesterol darah. Hal ini banyak didapati pada minyak jagung, kedelai, wijen, bunga matahari dan ikan. Seorang sarjana yang bernama Schlierf dan kawan-kawan pada tahun 1979 membuktikan bahwa minyak jagung dan wijen secara nyata dapat menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 23 % dan 16 %.

Penelitian terhadap masyarakat Eskimo menunjukkan rendahnya kejadian PJK pada mereka, karena banyak menggunakan ikan dalam makanannya sehari-hari yang mengandung omega-3. Demikian pula halnya dengan laporan penelitian dari Inggris, Swedia, Amerika dan Jepang yang memperlihatkan bahwa lemak tidak jenuh ganda berperan dalam mencegah PJK.

Perlu diperhatikan

Keadaan gizi seseorang terutama ditentukan oleh ketersediaan zat-zat makanan pada sel-sel tubuh dalam jumlah yang cukup dan dalam komposisi zat-zat makanan yang tepat yang diperlukan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal. Oleh karena itu, pada prinsipnya keadaan gizi seseorang ditentukan oleh dua hal, yaitu asupan zat-zat makanan yang berasal dari makanan yang diperlukan tubuh dan peran faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat-zat makanan tertentu. Hal yang terakhir ini ditentukan oleh pola konsumsi makanan dan aktivitas sehari-hari.

Pada dasarnya, pola konsumsi makanan merupakan hasil budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor manusia itu sendiri, seperti kebiasaan makan, pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi. Kebiasaan makan keluarga sangat penting diperhatikan karena sikap terhadap makanan menunjukkan adanya hubungan antara makanan dan kesehatan.

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan yang disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan menyebabkan tubuh tidak memperoleh semua zat-zat makanan yang diperlukan. Kehidupan modern yang serba cepat, tersedianya fasilitas pelayanan makanan baik berupa warung, cafetaria, atau tempat-tempat penjualan makanan yang dapat dihidangkan dan dimakan secara praktis dan cepat sering mendorong tumbuhnya faddisme makanan tersebut.

Asupan zat-zat makanan ke dalam tubuh juga dipengaruhi oleh berat ringannya aktivitas atau pekerjaan seseorang. Pada orang dewasa, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi semata-mata untuk mempertahankan keadaan gizi yang telah didapat atau membuat keadaan gizi menjadi lebih baik.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa asupan zat-zat makanan seseorang selain ditentukan oleh pola konsumsi makanan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan manusia itu sendiri juga ditentukan oleh berat ringannya aktivitas seseorang. Oleh karena itu, agar tubuh sehat, di dalam memilih jenis makanan terutama makanan yang banyak mengandung lemak hendaknya mengkonsumsi lemak yang tidak jenuh serta menyesuaikan banyaknya asupan zat-zat makanan dengan berat ringannya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari (dr.Pirma Siburian Sp PD, dokter spesialis penyakit dalam yang mendalami penyakit lansia/Geriatri).

Sumber: Waspada.co.id

Sumber: http://www.nutrisibali.com/details.php?aid=40&catid=&inpage=articles




Bahaya Plastik Bagi Kesehatan

Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.
Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?
#1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.
#2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
#3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
#4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
#5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.
#6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
#7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.
Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.
Semoga informasi ini bermanfaat.

Diterbitkan di: September 16, 2008

Sumber: 

Bahaya Plastik Daur Ulang, Diperingatkan BPOM

indosiar.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Selasa (14/07/09) kemarin, memperingatkan masyarakat akan bahaya pengguna kantong plastik daur ulang dan kemasan makanan berbahan PVC. Kemasan dari bahan PVC ini dinyatakan mengandung logam berat atau timbal yang bisa mengakibatkan kanker hati dan merusak sistem syaraf.

Dalam keterangan persnya kemarin siang Ketua BPOM Huzniah Rubiana Thamrin mengatakan, kantong plastik kresek berwarna hitam kebanyakan merupakan produk daur ulang yang diproses dengan menambahkan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dan ironisnya kantong kresek daur ulang itu justru banyak digunakan masyarakat untuk kantong makanan siap santap.

Badan Pengawas Obat dan Makanan juga memperingatkan masyarakat agar tidak menggunakan kemasan makanan dari bahan plastik PVC (Polivinil Chlorida) karena mengandung logam berat atau timbal.

Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan BPOM, ditemukan satu jenis kemasan plastik yang tidak memenuhi syarat keamanan karena mengandung timbal hingga 8,69 PPM seperti tutup kue transparan berbentuk silinder. (Winduti Astuti/Andi Nugroho/Sup)

Industri Berbasis Etika Bisnis Nasionalis

24 Agustus 2007

Bisnis berbasis teknologi memang bukan hal mudah. Apalagi di Indonesia yang teknologi lokalnya jarang dilirik orang. Namun tidak berarti kita harus melupakan etika bisnis. Ada yang namanya etika bisnis nasionalis.

Teknologi memang bukan merupakan produk unggulan dari negeri kita, namun bukan berarti tidak dibutuhkan dalam setiap roda kegiatan yang berputar. Sementara ini produk teknologi yang digunakan di dalam negeri kebanyakan disuplai dari negeri orang lain. Yang di sebut sebagai konten lokal walau selalu digembar-gemborkan dan bahkan sudah menjadi sebuah peraturan, kenyataannya tetap hanya menyisakan sedikit ruang bagi karya-karya anak bangsa.

Mengapa bisa begitu? Penulis mencoba menganalisa faktor penyebabnya.
  1. Kebijakan belanja teknologi belum terutama disebabkan atas perencanaan kedepan yang strategis. Seringkali pengadaan atau pembuatan sistem berbasis teknologi lebih dimotivasi kuat oleh faktor yang bersifat kuratif.
  2. Kita sendiri memang tidak mampu menyediakan sebuah solusi yang 100% bikinan dalam negeri. Rantai komponen atau produk yang bersifat kompleks dalam sistem yang dibangun masih belum bisa ter-rakit di dalam negeri. Memang mungkin negara lain juga tidak bisa, namun untuk Indonesia dampak negatifnya lebih pada sikap under-estimate terhadap teknologi dalam negeri. Konten yang kecil yang merupakan karya anak bangsa masih belum dibanggakan dengan serius.
  3. Memproduksi sendiri semua komponen justru tidak ekonomis. Mengingat produksi selalu memiliki konteks yang sensitif harga yaitu skala produksi.Memang tidak mudah untuk membangun pasar sambil berinvestasi pada proses produksi. Hal ini sama dengan judi taruhan tinggi. Atau memiliki visi yang sangat tajam akan komoditas tersebut di masa depan.
  4. Sebuah sistem yang lengkap membutuhkan berbagai bidang teknologi, dari hal yang bersifat hardware, firmware, hingga software. Orang-orang pintar di negeri ini lebih suka single fighter, one man show, sehingga sinergi antara penguasa beberapa bidang teknik kurang bisa terbentuk dalam tataran natural.
  5. Pengembangan selalu butuh waktu, padahal proyek biasanya dikejar waktu. Karena memang sifatnya bahwa setiap sistem berbasis teknologi memiliki kualifikasi yang harus memenuhi kebutuhan user, maka belum tentu tersedia produk-produk final yang sudah ada pada waktu atau kesempatan yang sesuai.
Proyek besar ataupun kecil di Indonesia biasanya berawal dari sesuatu isu yang lebih bersifat politis. Seorang pejabat dalam sebuah institusi, baik perusahaan atau pemerintah, mendapat tekanan dari atasan atas suatu isu tertentu.Dalam rangka menjaga posisinya beliau lalu memerintahkan agar diselenggarakan sebuah proyekuntuk mengatasi tekanan ini. Alhasil kebutuhan ini terdefinisikan sebagai sebuah reaksi, bukan sebagai wujud aksi strategis terencana yang positif.

Etika Bisnis Nasionalis

Bagaimana caranya kita bisa menjalankan pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang baik namun tidak menabrak etika-etika bisnis yang nasionalis? Terminologi nasionalis di sini digunakan dengan maksud bahwa para enterpreneur juga mempertimbangan kepentingan bangsa yang lebih luas. Penulis sendiri tidak punya resep-resep jitu yang bisa terbukti ampuh untuk memperbaiki keadaan negeri kita.

Namun dengan hati yang tulus dan niat yang baik kita bisa mengumpulkan rambu-rambu etika yang kondusif bagi perkembangan bisnis berbasis teknologi di tanah air. Semuanya harus berangkat dari tataran moralitas baru bisa menjadi landasan yang kuat untuk gestur-gestur yang lebih besar. Dengan berlaku demikian kita ikutan membangun moralitas bangsa kita dan selanjutnya merupakan kontribusi kita memperbaiki negeri kita ini, dimulai dari diri kita dan perusahaan kita masing-masing.

Contoh etika bisnis nasionalis adalah, sebelum memulai pekerjaan jangan terlalu banyak bicarakan soal pembagian profit. Rencanakan saja dengan margin yang cukup baik. Hindari usaha greedy merebut pekerjaan hanya alasan margin yang kelewat besar tapi belum tentu bisa menyelesaikan. Bila harus ada “kick-back“,usahakan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai dilakukan dengan hasil “everybody happy“, penghitungannya bisa berdasarkan model bonus atas kontribusi.

Perencanaan solusi teknologi sebanyak mungkin menggunakan apa yang sudah dibuat di dalam negeri. Beri kesempatan untuk tidak hanya bikinan sendiri, namun juga rekan lain di dalam negeri. Cari relasi komplemen dalam negeri untuk melengkapi sistem, hardware, firmware, middleware, hingga software. Sinergi saling melengkapi akan sangat mendukung dan membantu dalam pelaksanaan setiap pekerjaan. Sinergi juga akan meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan solusi-solusi yang kreatif.

 
 

Bisnis Syariah dan Pemberdayaan UMKMK

30 October 2003 00:00

Setelah sektor perbankan sukses menerapkan konsep syariah yang dimotori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI), kini konsep tersebut mulai merambah sektor ekonomi lainnya seperti asuransi, pasar modal, obligasi, reksadana, pegadaian, modal ventura, dan pasar uang. Tidak tertutup kemungkinan konsep syariah juga akan mewarnai bisnis di sektor riil, termasuk kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK).
Maraknya penerapan konsep syariah itu bukanlah semata karena trend yang sifatnya temporal. Karena konsep syariah mempunyai kekuatan berupa prinsip-prinsip yang abadi sejalan dengan fitrah manusia itu sendiri. Beberapa prinsip itu antara lain:

1. Bisnis berbasis syariah menempatkan kepentingan dunia dan akhirat secara berimbang, sehingga manusia tidak semata dilihat sebagai zoon economicon (semata untuk mencari kepuasan materi) tetapi juga melihat keberhasilan di dunia ini sebagai jembatan emas menuju kebahagian di akhirat (fiddunnya hasanah wafilaakhirati hasanah).
2. Bisnis syariah lebih berwawasan lingkungan, karena dalam menjalankan aktivitasnya tidak boleh melakukan kerusakan (wala tufsidu filardh).
3. Bisnis syariah didasarkan pada kejujuran (shiddiq), sehingga pihak yang terlibat tidak khawatir ditipu atau dikhianati. “Pedagang (pengusaha) yang jujur lagi terpercaya, akan dibangkitkan dan dimasukkan ke surga bersama-sama dengan para nabi dan syuhada.” (HR. Tarmidzi dan Hakim).
4. Amanah, sehingga semua kewajiban dan tanggung-jawab dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
5. Bisnis syariah tidak mengenal sikap atau tindakan yang spekulatif dan manipulatif.
6. Bill hasanah, dengan kebaikan, sehingga tidak menganal praktek sogok-menyogok, kolusi, unfair competition, monopoli dan lain-lain.
7. Bisnis syariah juga mencakup tanggungjawab sosial (social responsibility), bahwa keuntungan yang diperoleh tidak seluruhnya menjadi hak pengusaha tetapi juga ada hak bagi orang lain yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infaq dan sadaqah.
 
Dalam sistem perekonomian global, konsep ekonomi syariah juga telah teruji ketangguhannya. Sebagai contoh, ketika hampir semua bisnis konvensional mengalami kesulitan pada saat krisis melanda beberapa negara termasuk Indonesia, ternyata kondisi itu tidak terjadi di Malaysia yang lebih dahulu menerapkan prinsip ekonomi syariah. Dengan kata lain, konsep yang selama ini melandasi bisnis modern, baik ekonomi kapitalis maupun sosialis, ternyata hanya menghasilkan kemakmuran semu.
World Bank dan IMF juga telah mengkaji kemungkinan pemberian pinjaman dengan menggunakan prinsip syariah setelah dianggap gagal memulihkan ekonomi negara-negara berkembang yang umumnya negara Islam. Hal ini membuktikan bahwa ekonomi syariah tidak hanya baik karena prinsip moralnya, tetapi juga baik dari segi pendekatan bisnis itu sendiri.
Pertimbangan lain untuk menggagas bisnis yang berbasis syariah dilandasi oleh suatu kenyataan semakin mengkristalnya dikotomi antara bisnis dan moral. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip ekonomi global berdasarkan paham kapitalis-liberal yang hanya melihat kebutuhan manusia dari aspek fisik (materialisme), sehingga bisnis menjadi sangat pragmatis, individualis, dan eksploitatif.
Adam Smith yang dikenal sebagai Bapak Ekonomi, secara jelas mengatakan bahwa transaksi ekonomi (jual beli) yang terjadi antara pembeli dengan penjual bukan karena suatu kebaikan, tetapi karena keserakahan masing masing pihak. Implikasinya dalam kehidupan bisnis adalah munculnya pragmatisme yang menganggap:
1. Bisnis itu immoral, bahwa bisnis adalah dunia yang kotor dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
2. Bisnis itu amoral, bahwa bisnis adalah aktifitas yang netral secara moral. Moral dan bisnis merupakan dua dunia yang berbeda. Bagi para pelaku bisnis, moral adalah urusan pribadi, dan dunia bisnis mempunyai kode etik tersendiri.
3. Business of business is business, bahwa tugas bisnis (produksi, distribusi, penjualan, dan pembelian barang dan jasa) adalah untuk memperoleh keuntungan (maksimalisasi laba) dan menolak segala menyangkut tanggung jawab sosial dari perusahaan.

Konsekwensi bisnisnya adalah munculnya kelompok-kelompok yang kaya dan kuat disatu pihak dan kelompok-kelompok yang lemah dilain pihak. Dalam konteks antar-negara, ada kelompok negara-negara kaya (industri maju atau kelompok G-7) dan kelompok negara-negara miskin (negara berkembang atau kelopok selatan-selatan). Dalam dunia bisnis lahirlah perusahaan-perusahaan multinasional (multinational corporation) yang berkantor pusat di negara kuat (kaya) tetapi kegiatan usahanya menggurita ke negara-negara miskin. Belum lagi badan-badan dunia seperti PBB, IMF, dan World Bank, yang kesemuanya bertujuan untuk melanggengkan eksploitasi negara-negara kuat (kaya) terhadap negara-negara miskin.
Dalam lingkup nasional, telah lahir konglomerasi yang menguasai semua aspek bisnis, mulai dari hulu sampai hilir, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Dengan kondisi seperti itu, sulit bagi UMKMK untuk tumbuh dan berkembang, sehingga kelompok (orang) yang kaya akan semakin kaya dan kelompok yang miskin akan semakin miskin. Akibatnya, kesenjangan ekonomi semakin melebar, sehingga menimbulkan potensi konflik yang setiap saat bisa mengganggu perekonomi.
Kondisi seperti inilah yang telah menyeret Indonesia ke dalam krisis multidimesi yang berkepanjangan. Malahan di saat seluruh potensi dikerahkan untuk bangkit dari keterpurukan, Indonesia justru dihadapkan dengan berbagai konflik horizontal yang terjadi silih berganti. Semua kejadian itu bukan suatu kebetulan, tetapi merupakan dampak dari penerapan sistem perekonomian yang tidak bersumber pada nilai-nilai fitrah manusia.
Oleh karena itu, dalam upaya menata kembali perekonomian nasional, sudah saatnya untuk terlebih dahulu mengupayakan penerapan konsep bisnis syariah, dengan menempatkan UMKMK sebagai pelaku utamanya. Dengan melaksanakan konsep bisnis syariah dalam lingkup UMKMK, diharapkan akan mampu membangkitkan kembali perekonomian nasional. Hal tersebut cukup beralasan karena didasarkan atas pertimbangan sbb: 
 
1. Keberhasilan di sektor-sektor ekonomi lainnya yang telah lebih dahulu berbasis syariah, seperti sektor perbankan dan asuransi.
2. Kondisi sosiokultural masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dan merupakan masyarakat muslim terbesar di dunia.
3. Ditopang dengan etika bisnis, berdasarkan prinsip moralitas yang memberikan aturan dan petunjuk kongkrit bagi manusia untuk berprilaku baik dan menghindari perilaku yang tidak baik.
4. Mulai dirasakan pentingnya etika dan moral dalam interaksi bisnis, termasuk dalam bisnis global.
5. Dimungkinkan penyelesaian atas sengketa bisnis dengan prinsi-prinsip syariah, yakni melalui BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia).  

Diharapkan dengan penerapan prinsip ekonomi berbasis syariah sebagai upaya penguatan ekonomi kerakyatan, akan mampu memperkokoh sendi-sendi perekonomian nasional dimana UMKMK sebagai pondasi utamanya. Dengan sendirinya kesenjangan ekonomi bisa dipersempit, sehingga energi untuk menangani konflik-konflik horizontal bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan.

*) Oleh Suryaddin (Penulis adalah Karyawan PNM Cabang Makassar) 
 
 
 

Google Merasa Tersaingi Groovle

Jum'at, 1 Januari 2010 - 19:11 wib

Rachmatunnisa - Okezone 
 (Foto: Groovle)
 

LONDON - Perusahaan mesin pencari raksasa, Google, merasa keberatan dengan munculnya Groovle.com. Mesin pencari informasi gratis itu, telah sengaja menyerupai Google dari segi tampilan dan tata letak laman.
 
Google menyebutkan sebanyak 207 perusahaan asal Kanada yang tergabung memiliki Groovle dengan jelas memilih nama itu untuk membuat kesamaan yang membingungkan. Google sepakat, pengambilan nama domain tersebut harus terlebih dulu mentransfer data-data ke Google.
 
Menanggapi sengketa ini, mediator dari National Arbitration Forum (NAF) mengatakan bahwa Google tidak perlu  memberikan bukti apapun  atas kebingungan yang sedang terjadi. Tim mediasi setuju dengan sanggahan yang diberikan oleh perusahaan asal Kanada tersebut, yang berpendapat bahwa nama Groovle lebih mirip dengan groove atau groovy ketimbang nama Google. Demikian keterangan yang dikutip dari Telegraph, Jumat (1/1/2010).
 
Pemberian nama domain dapat dibatalkan atau dipindahkan ke perusahaan lain bila tidak memperhatikan tiga unsur yang haram untuk dilanggar ini. Pertama, pemberian nama domain memiliki kesamaan identik dan membuat bingung. Kedua, pemilik nama domain tidak memiliki hak paten untuk memilikinya. Ketiga, pihak yang merasa dirugikan harus menunjukkan bahwa tujuan kemunculan domain itu terkategori menjatuhkan dengan kesengajaan.
 
Mediator NAF memutuskan bahwa keberatan yang disampaikan Google dianggap gagal membangun ketiga unsur tersebut. Dengan kata lain, kehadiran Groovle.com dinyatakan tidak memberatkan domain perusahaan lain.
Terdapat sebuah pesan di bagian bawah laman Groovle yang mengatakan "Groovle.com tidak dimiliki, disponsori atau didukung oleh Google". Namun tidak diketahui apakah keterangan ini telah ditambahkan semenjak keputusan NAF dikeluarkan atau tidak. (rah)

Pentingnya Etika Bisnis

Oleh ARY GINANJAR AGUSTIAN

BANYAK eksekutif bisnis menganggap kultur korporat yang mereka pimpin, adalah sesuatu yang mereka inginkan. Mereka membuat lokakarya untuk mendefinisikan nilai-nilai dan proses-proses, menuliskan misi dan tujuan perusahaan pada poster, menyediakan sesi-sesi orientasi untuk pegawai baru, guna menjelaskan tujuan perusahaan dan lain-lain. Bahkan, ada yang mencetak statement nilai-nilai perusahaan di balik kartu identitas sebagai pengingat bagi para pegawai.

Semua itu memang penting dilakukan. Namun, ada hal yang lebih penting yang kerap dilupakan pemimpin bisnis. Kultur perusahaan sebenarnya didefinisikan oleh perilaku para eksekutif. Pegawai meniru perilaku bos karena boslah yang menilai, menggaji, dan mempromosikan mereka. Maka, para pemimpin tertinggi pada akhirnya bertanggung jawab atas kultur organisasinya, termasuk kultur etikanya.

Memang benar, pegawai secara individual bertanggung jawab atas perbuatannya. Mereka digerakkan seperangkat nilai-nilai atau prinsip-prinsip internal sendiri. Namun, ketika urusan perut, kedudukan, dan kekuasaan yang menjadi taruhan, orang akan melakukan apa saja agar berhasil. Terlalu sedikit orang yang punya nyali mengambil risiko bagi diri dan keluarga demi prinsip, terutama jika konsekuensinya tampak kecil, samar, dan tak terdeteksi.

Di sinilah strategisnya peran pemimpin. Agar pegawai bertindak sesuai prinsip, suatu organisasi bisnis harus dipimpin eksekutif yang bersungguh-sungguh membuat keputusan, tidak hanya menurut batasan-batasan bisnis dan legal, tetapi juga batasan-batasan etis. Secara sepintas, untuk menegakkan etika yang bagus sepertinya menghabiskan uang. Padahal, kepemimpinan yang etis justru bisa menghemat uang. Cobalah renungkan peran kualitas dalam bisnis. Sebagian besar industri Amerika sebelum 1970-an, menganggap produk dan jasa yang berkualitas terlalu mahal untuk diproduksi. Lalu, ada satu pelajaran besar yang diajarkan kepada industri Amerika oleh industri Jepang. Ironisnya, industri Jepang belajar dari ahli statistik Amerika, William Edwards Deming.

Pada 1947, Deming dikirim ke Tokyo untuk menjadi penasihat Markas Pasukan Sekutu, mengenai penerapan teknik sampling yang dikembangkannya. Di sana, dia berkesempatan bertemu dengan manajer Jepang, yang punya hubungan baik dengan Keindanren, serikat buruh besar di negara itu. Para manajer terpikat pada teori-teori manajemen Deming, yang mereka dengar sebelum perang. Mereka pun mengundangnya untuk memberi kuliah dan berbicara dalam seminar-seminar. Singkat cerita, industri Jepang mengadopsi teori-teori manajemen Deming dan sepuluh tahun kemudian, produk-produk Jepang mulai mengalir ke AS.

Konsumen AS tak salah, sebab barang-barang Jepang memang lebih bagus dan lebih murah. Itulah titik balik sejarah dunia. Kini, perusahaan otomotif, elektronik, dan semikonduktor Jepang, benar-benar menikmati hasil pelajaran itu. Industri Jepang bisa mendominasi pasar dunia dalam hal kepuasan pelanggan, dengan biaya manufaktur yang paling rendah. Pelajaran besar yang diajarkan industri Jepang adalah tentang imbalan dari biaya (baca, komitmen) kepada kualitas dan pelayanan kepada konsumen.

Paradigma peran kualitas itu juga berlaku pada etika. Pelaksanaan etika yang buruk, bisa mengarah kepada kerugian finansial. Ilustrasinya, ketika suatu perusahaan mematok keuntungan terlalu tinggi dan mengeksploitasi konsumen, maka prinsip pertama makro ekonomi akan berlaku. Ketika rate of return berlebihan, maka kompetitor masuk untuk mengoreksinya. Kompetitor menekan harga turun, menghasilkan profit subnormal, bahkan kerugian dan pada akhirnya perusahaan yang paling tidak efisien akan tersingkir dari pasar.

Bukan suatu kebetulan bila secara empiris, etika berkorelasi dengan rate of return. Perhatikanlah, nilai investasi di perusahaan-perusahaan AS yang menjunjung tinggi komitmen tanggung jawab sosial, naik secara tajam pada tahun 1995-1997. Aset-aset di perusahaan seperti itu –tidak termasuk perusahaan tembakau, senjata, atau perusahaan yang dikritik karena praktik perburuhan mereka— naik 227 persen dalam dua tahun (dari 162 miliar dolar AS menjadi 529 miliar dolar AS). Ini sangat mengesankan, mengingat pada periode yang sama, pasar secara keseluruhan tumbuh hanya 84 persen dan S&P hanya 60 persen.

Tidak berlebihan bila dikatakan, kelangsungan suatu organisasi bisnis akan ditentukan seberapa kuat penegakan etika di dalamnya. Kultur etika organisasi bergantung kepada pemimpinnya.

Selama ini, banyak orang salah memahami arti kepemimpinan. Umumnya, orang melihat pemimpin adalah kedudukan atau posisi semata, sehingga banyak orang mengejarnya dengan menghalalkan segala cara. Ada yang membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing atau teman, dan sebagainya. Pemimpin hasil dari cara seperti itu, akan selalu menggunakan kekuasaannya dalam mengarahkan, memperalat, bahkan menguasai orang lain, agar orang lain mengikutinya. Pemimpin jenis ini, umumnya suka menekan, dan sebagai akibatnya, dia bukan pemimpin yang dicintai. Anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi Anda tidak bisa memimpin orang lain dengan efektif tanpa mencintai mereka.

Penulis ingin menekankan kembali, tak ada alasan untuk mempertanyakan apakah spiritualitas seharusnya ada di tempat kerja atau tidak. Sebab, nilai-nilai spiritualitas itu sesungguhnya masuk ke tempat kerja bersama manusia-manusianya. Setiap manusia diciptakan dengan kecerdasan spiritual atau suara hati, yang bersumber dari 99 Sifat Mulia Allah SWT (Asmaul Husna). Dengan demikian, tugas utama pemimpin adalah menghidupkan suara hati dalam dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya. Karena suara hatilah potensi tertinggi setiap manusia.***


Walt Disney Tuntaskan Akuisisi Marvel USD4,24 M

Jum'at, 1 Januari 2010 - 16:06 wib

Widi Agustian - Okezone


NEW YORK - Walt Disney Co telah menyelesaikan akuisisinya atas Marvel Entertainment Inc dengan nilai USD4,24 miliar.

Dengan demikian, ikon seperti Spider-Man, Iron Man serta lima ribu karakter lainnya milik Marvel, akan bergabung dengan Mickey Mouse dan Donald Duck di Walt Disney.

"Akuisisi tersebut akan membuat revenue dan laba Disney tumbuh. Karena kreativitas dan bisnis yang potensial merupakan kombinasi yang subtansial," kata Chief Executive Marvel Isaac Perlmutter (Ike) seperti dilansir dari Associated Press (AP), Jumat (1/1/2010).
                                                                                      Ilustrasi: Spiderman (Foto: Associated Press)

Transaksi tersebut selesai lebih awal dari yang diperkirakan, yakni pada Kamis waktu setempat. Ternyata Ike, yang memiliki sebanyak 37 persen saham Marvel, mendukung transaksi tersebut. Pasalnya, pascaakuisisi tuntas, Ike akan memimpin unit bisnis Marvel, dan akan melaporkan langsung kepada CEO Disney, Robert Iger.

Terkait dengan transaksi tersebut, pemegang saham Marvel akan menerima USD30 per saham, ditambah dengan 0,7452 lembar saham Disney bagi setiap lembar saham Marvel yang dimilikinya.

Transaksi tersebut merupakan transaksi Disney yang terbesar sejak Disney mengakuisisi Pixar Animation Studios Inc, yakni senilai USD7,4 miliar pada 2006 lalu.

Tak hanya itu, Disney juga akan mengambil sebanyak 10 persen saham dari POW! Entertainment Inc dengan nilai USD2,5 juta.

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang dipimpin oleh pembuat karakter Spider-Man, Stan Lee. Ia mengatakan pihaknya telah membina hubungan selama tiga tahun dengan Disney, yakni dengan memberikan hak yang lebih besar terhadap output kreatif dan eksklusif layanan konsultasi. (wdi)(rhs)

Sumber:
 

Pandangan terhadap etika bisnis

Friday, 30 January 2009 15:44   

Etika bisnis dapat meliputi scope institusi maupun pribadi. Etika bisnis institusional berhubungan dengan pihak luar, agar tidak mengenai seseorang & topik abstrak dari etika perusahaan sebagai institusi.

Sebagai contoh adalah tanggung jawab sosial perusahaan, dari tingkat internasional, kita dapat berdebat secara deduktif berdebat kembali ke etika eksekutif individual yang memutuskan kebijakan perusahaan.

Sebaliknya etika bisnis perseorangan dimulai pada spektrum akhir yang berlawanan dari etika institusional, yaitu berhubungan dengan pembuat keputusan secara individu.

Kita dapat berdebat secara induktif dimulai dari concrete, terutama tingkat atas ke moralitas yang umum dari kebijakan-kebijakan perusahaan.

Etika bisnis perseorangan memiliki 2 asumsi. Pertama, perusahaan adalah sebuah kesatuan abstrak yang sah, dimana etika juga merupakan sesuatu yang abstrak.

Kedua, katrakter moral & sistem nilai perusahaan mencerminkan etika perseorangan & skala nilai dari tanggung jawab eksekutif secara individu bagi kebijakan perusahaan.

Pertama, kita akan memperlihatkan mengapa eksekutif-eksekutif memerlukan etika bisnis perseorangan terutama dengan keadaan dunia sekarang ini.

Kemudian kita akan membatasi sifat etika bisnis. Setelah bahan-bahan pengenalan ini, makalah ini akan memberikan argumentasi untuk etika bisnis perseorangan & eksekutif yang secara langsung meminta kepentingan mereka sendiri. Itu akan menghubungkan elemen-elemen teori manajemen dengan etika .

Dengan jalan istimewa itu akan menyambung teori motivasi karyawan dengan sebuah pertimbangan nilai-nilai, tipe-tipe karakter manajemen & tipe-tipe moral & gaya-gaya kepemimpinan manajemen dengan moralitas. Kemudian sebuah teknik praktek akan diterangkan yang akan membantu eksekutif-eksekutif mengaturkehidupan mereka lebih baik di bisnis & rasa etika.

Akhirnya, tulisan ini akan meyimpulkan dengan menjelaskan moral-moral ideal yang utama yang akan memandu eksekutif di pekerjaan & perkembangan mereka sebagai manajer & sebagai manusia.

Pertempuran-pertempuran baru eksekutif ini mempunyai karakter pribadi yang berbeda. Daripa tujuan bisnis yang tradisional yaitu memperbesar marjin keuntungan. - a rather pale & impersonal quest oleh perbandingan -, kita sekarang dapat melihat ego yang diperluas dari CEO yang ambisius yang terkunci dalam kemuliaan pribadi. Kita kelihatannya mempunyai lingkaran penuh dalam etika bisnis dengan sebuah pembalasan.

Pada penelitian-penelitian terdahulu dari peranan etika dalam bisnis, disesali bahwa etika pribadi meliputi disiplin- dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, tidak mengenai seseorang. Dalam posisinya sekarang kita mempunyai baik etika maupun ekonomi ditakklukkan oleh hukum pribadi yang terlalu tinggi dari supermen perusahaan yang bangga dengan ego super.

Eksekutif-eksekutif ini kelihatannya mempuntai kesulitan mempertimbangkan diri mereka sendiri menjadi hanya sekadar makhluk hidup dibawah hukum baik etika maupun ekonomi. Mereka kelihatannya memikirkan bahwa mereka dibawah baik dan buruk dan dibawah keuntungan dan kerugian.

Pada usia personalitas yang masih dini dalam etika bisnis, secara khusus sangat penting bagi seorang eksekutif yang penuh pemikiran untuk mendapatkan pandangan pribadi pada hubungan antara bisnis & etika dalam kehidupannya sendiri.

Sebuah cara yang baik dalam melakukan ini adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut : Bisnis apakah yang dimiliki etika dalam bisnis?

Bisnis apakah yag bisnis miliki dalam etika ? Apakah ada keuntungan dalam etika bagi seorang eksekutif ? dan apakah moral menolong seorang eksekutif menjadi seorang manajer yang lebih efektif ?

Dalam uraian ringkas beberapa jawaban sementara untuk pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan memusatkan perhatian pada relevansi pribadi langsung dari etika untuk eksekutif dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Kami akan memperlihatkan bagaimana kemanusiaan mereka dan folosofi hidup bersinar melalui hubungan mereka dengan yang lain.

Untuk menetapkan sifat diskusi kita, berikut ini adalah sebuah perumpamaan oleh Peter Bamm, seorang penulis kontemporer Jerman dan fisikawan, berjudul Mengenang Rockefeller.

Rockefeller sudah mati. Pada suatu saat dia diduga pernah berbicara tentang dirinya, bahwa meskipun dia raja minyak di dunia, dia tidak cukup memiliki lemak untuk menggabungkannya. Tanda dari orang terkaya di dunia sangat dalam dan besar. Itu menempatkan dirinya sejajar dengan Diogenes.

Etika bisnis memang harus dihidupkan di perusahaan. Dalam kaitan ini, perusahaan yang bergerak di bidang konsultan mempunyai peran besar dalam pembentukan norma. Bagaimana perusahaan konsultan menegakkan etika bisnis?

Kemal A. Stamboel, Managing Partner Kemal Stamboel & Partners yang berasosiasi dengan konsultan besar dunia Price Waterhouse Coopers (PWC) menjelaskan lika-liku bisnis konsultan dan upaya untuk menegakkan etika dan transparansi di perusahaan. Simak berbagai pandangannya:

“Perusahaan konsultan internasional seperti PWC mempunyai standar yang bersifat global. Mereka yang berkonsultasi akan mendapatkan standar yang sama di berbagai negara. Perusahaan yang telah memiliki standar akan dikenal reputasinya, baik sebagai brand, isi pelayanan, kualitas orang, dan output orang-orangnya.

Pendekatan standar dengan kualifikasi, bukan “asal-asalan”. Perusahaan konsultan sangat menjunjung tinggi kualitas pemikiran. Keunggulan perusahaan terletak pada knowledge management.

Misalnya, bagaimana memberdayakan dan meningkatkan pengetahuan dengan program yang jelas. Upaya ini memerlukan usaha yang tidak kecil.

Untuk membangun reputasi, perusahaan konsultan sangat menjunjung etika. Oleh karena itu jarang perusahaan konsultan yang beriklan secara berlebih.

Agar reputasi tetap terjaga, perusahaan konsultan memiliki beberapa kriteria. Kami menolak klien yang berisiko tinggi, walaupun dia menyediakan banyak uang.

Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga pengusaha yang sangat ekspansif di luar kemampuan.

Mereka berlomba membangun usaha konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya tanpa disertai manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada saat ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut.

Salah satu etika perusahaan konsultan adalah menjaga kerahasiaan klien. Bisa saja perusahaan konsultan menangani dua perusahaan dalam industri yang sama, tetapi kerahasiaan masing-masing perusahaan akan tetap terjaga.

Perusahaan yang satu tidak dapat memanfaatkan perusahaan yang lain. Setiap perusahaan mempunyai penyelesaian masalah, sehingga nantinya bisa berkompetisi satu dengan yang lainnya.

Perusahaan konsultan mempunyai value dan memberikan rekomendasi yang akan dilaksanakan kliennya. Misalkan, ada etika, perusahaan tidak mempekerjakan pegawai anak-anak.

Di luar negeri, ada pembatasan hubungan berdagang dengan perusahaan-perusahaan yang tidak menjunjung etika berdagang yang baik. Kami juga menyarankan, perusahaan jangan mengambil keuntungan yang berlebihan dengan cara menipu konsumen.

Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu digalakkan.
Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi.

Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya.

Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang.

Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi budaya.

Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan.

Usaha jasa konsultan mungkin tidak terlepas dari penyimpangan. Padahal bisnis ini perlu dilandasi reputasi dan persepsi.

Oleh karena itu bila ada persepsi negatif jangan diremehkan. Dalam menghadapi masalah, perusahaan jangan defensif, tetapi melakukan aksi pembenahan ke dalam.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi antara lain; Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.

Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.

B. Perilaku Asertip

Perilaku asertip bukan berarti seseorang sempurna. Sikap asertif merupakan ungkapan, gagasan, perasaan, pendapat, dan kebutuhan seseorang secara jujur dan wajar, tidak dibuat-buat.

Pakar perilaku, Astrid french, dalam bukunya yang berjudul ” Interpersonal Skill ” bahwa perilaku asertif akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjadi apapun yang menjadi haknya.

Sebagai contoh keseharian perilaku asertif adalah sebagai berikut ; dalam menaiki jenjang karir salah satu yang dihadapi adalah bagaimana membangun sikap yang tegas, tetapi tidak ditafsirkan menyerang orang lain.

Bisa berkata tidak, tanpa melukai siapapun. Asertifitas ini bukan sekedar bicara, tapi lebih luas lagi:

Bagaimana tindakan kita sehari hari dalam berhubungan dengan orang di sekeliling kita? Bagaimana ciri-ciri perilaku asertif, yang letaknya diantara submisif dan agresif itu? Inilah penjelasannya.

Orang yang mempunyai perilaku submisif berkecenderungan menerima dan bahkan menyerah pada semua hal yang terjadi, sekalipun yang dihadapi buruk adanya. Yang menonjol dari perilaku ini adalah tidak mampu mengatakan "Tidak" pada kondisi dimana ia harus menyatakan "tidak".

Jelas perilaku seperti ini menimbulkan berbagai masalah baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang lain yaitu: tidak dapat dijadikanpartner kerja yang baik dan sulit untuk berkembang.

Orang dengan perilaku seperti ini akan selalu menghadapi berbagai hambatan dan selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat menjatuhkan aktivitasnya.

Bagaimana mengenai perilaku agresif? Perilaku agresif mempunyai pengertian yang bertolak belakang dari perilaku submisif.

Perilaku agresif cenderung untuk tidak melihat atau tidak mempertimbangkan kepentingan orang lain.

Apa pun yang menjadi keinginannya itulah yang harus dilaksanakan. Dengan demikian, orang yang berperilaku demikian akan menemui berbagai kesulitan pada waktu bekerja secara tim.

Kalaupun dipaksakan cenderung melakukan banyak kesalahan yang pada akhirnya menghambat kariernya sendiri.
Dan inilah yang dimaksud dengan perilaku asertif.

Perilaku asertif dibandingkan dengan kedua perilaku di atas (submisif dan agresif) berada di antara keduanya, yaitu perilaku yang dapat menyatakan "Ya" dan "Tidak" sesuai pada kondisi yang terjadi.Orang yang memiliki perilaku asertif ini cenderung dapat bekerja sama dan dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

Pada perilaku ini tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga ia dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya, yang memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, dan terkendali mantap.

Ketiga perilaku dasar tersebut selalu berdampak langsung terhadap perkembangan diri dan berbagai aktivitas yang dijalankannya. Di sini terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku yang dimiliki dengan tindakan yang dilakukan.

Seperti halnya orang yangberperilaku submisif cenderung tidak memfokuskan diri pada perkembangan dirinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki; mereka akan mengikuti apa saja yang menjadi keinginan pimpinan, keinginan keluarga, atau keinginan masyarakat.

Apabila kita menyimak secara mendalam penjabaran di atas, maka terlihat bahwa perilaku asertif merupakan pilihan utama yang patut dikembangkan dalam upaya memperlihatkan citra diri berkualitas.

Perilaku asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Dalam artian, ia dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya. Ia menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Ketegasanpenuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, itulah ciri asertif.

Lebih jauh lagi perilaku asertif membuat seseorang merasa ertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya endiri. Dalam hal ini, ia bebas untuk mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara terbuka sambil etap memperhatikan juga pendapat orang lain.

Citra dirinya akan terhat sebagai sosok yang berpendirian dan tidak terjebak pada ksploitasi yang erugikan dirinya sendiri. Dengan demikian, akan imbul rasa hormat dan penghargaan orang lain yang berpengaruh besar erhadap pemantapan eksistensi dirinya di tengah-tengah khalayak uas.
Membangun Perilaku Asssertive

Kehadiran seorang teman memiliki arti tersendiri bagi kita semua. erhubungan dengan orang lain dengan beranggapan bahwa mereka adalah eman sampai pada batas-batas tertentu, dapat membantu kita untuk elalu bersikap ramah, terbuka, dan memperhatikan kehadiran mereka. esemuanya dapat kita manfaatkan secara positif dalam rangka engembangkan perilaku asertif dalam aktivitas sehari-hari, karena engan menerima kehadiran orang lain terlebih dahulu kita pun dapat embuat mereka memahami keberadaan kita.

Dalam membangun assertivitas terdapat beberapa pendekatan yang dapat ditempuh. Salah satunya adalah Formula 3 A, yang terangkai dari tiga kata yaitu Appreciatio , Acceptance, Accommodating:

Appreciation berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka.

Mereka pun, seperti kita, tetap membutuhkan perhatian orang lain. Dengan demikian, agar mereka mau memperhatikan, memahami, dan menghargai diri kita, maka sebaiknya kita mulai dengan terlebih dahulu menunjukkan perhatian,pemahaman, dan penghargaan kepada mereka.

Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing.

Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka.

Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.

Terakhir adalah accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai.

Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri.

Dalam artian, kita dapat memperlihatkan toleransi dengan penuh rasa hormat, namun bukan berarti kita jadi ikut lebur dalam pandangan orang lain, apalagi dengan hal-hal yang bertentangan dengan diri kita.

Hal ini penting sekali untuk diperhatikan agar kita mampu menempatkan diri secara benar di tengah khalayak luas, sekaligus membina saling pengertian dengan banyak orang.

Formula 3 A merupakan pedoman untuk memperlihatkan asertivitas berdasarkan empati dalam rangka membina hubungan baik dengan banyak vorang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti kita.

Oleh karena itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi, namun janganlah kita melupakan untuk memperhatikan hak orang lain pula.

Asertivitas harus didukung oleh kemampuan untuk berargumentasi secara logis dan konstruktif, yaitu bahwa ia mampu untuk menjalankan pilihannya secara konsekuen dan bertanggung jawab.

Bagi kita yang merasa perlu untuk tampil secara asertif diharapkan dapat mengevaluasi diri dengan memperhatikan elemen-elemen yang bermanfaat untuk peningkatan asertivitas dengan berpatokan pada formula 3 A.

Sosok pribadi yang mampu mengembangkan perilaku asertif ini secara memadai, tentu akan terhindar dari berbagai permasalahan yang acap kali menghadang gerak maju dalam pencapaian performansi prima. (Zoeparmas)

Sumber:

TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS

A. Benturan dengan Kepentingan Masyarakat
Terjadi pada berbagai tingkat perusahaan ( besar , menengah , maupun kecil ) . Benturan ini terjadi kerap kali karena perusahaan menimbulkan polusi ( udara , air ,limbah , suara bahkan mental kejiwaan )
Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
Hal – hal pendorong dilaksanakannya etika bisnis :
1. Dorongan dari pihak luar ( lingkungan masyarakat )
2. Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri ( sisi humanisme pebisnis yang melibatkan rasa , karsa , dan karya yang ikut mendorong diciptakannya etika bisnis yang baik dan jujur.)
B.Dorongan Tanggung Jawab Sosial
Klasifikasi masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial pada sebuah bisnis sebagai berikut :
1. Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
Kegiatan intern yang muncul bersifat sangat kaku , keras , zakeliyk ( saklek ) , birokratik , dan otoriter. Hubungan yang kurang manusiawipun kerap terjadi antara perusahaan dengan pihak luar ( pelanggan , masyarakat umum )
Manfaat Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
a. Peningkatan moral kerja karyawan yang berakibat membaiknya semangat dan produktivitas kerja.
b. Adanya partisipasi bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga tercipta kondisi manajemen partisipatif.
c. Penurunan absen karyawan yang disebabkan kenyamanan kerja sebagai hasil hubungan kerja yang menyenangkan dan baik.
d. Peningkatan mutu produksi yang diakibatkan oleh terbentuknya rasa kepercayaan diri karyawan.
e. Kepercayaan konsumen yang meningkat dan merupakan modal dasar bagi perkembangan selanjutnya dari perushaan.
2. Ekologi dan Gerakan Pelestarian Lingkungan
Ekoligi yang menitikberatkan pada keseimbangan antara manusia dan alam lingkungannya banyak dipengaruhi oleh proses produksi. Contohnya maraknya penebangan hutan sebagai bahan dasar industri perkayuan , perburuan kuit ular yang diperuntukkan industri kerajinan kulit dan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak.
3. Penghematan Energi
Pengurasan secara besar – besaran energi yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti batu bara , minyak dan gas telah banyak terjadi. Yang dapat disebut dengan sumber energi alternatif diantaranya adalah pemanfaatan tenaga surya , nuklir , angin , air serta laut.
4. Partisipasi Pembangunan Bangsa
Kesadaran masyarakat pebisnis terhadap suksesnya pembangunan sangat diperlukan karena akan membantu pemerintah menangani masalah pengangguran dengan cara ikut melibatkan penggunaan tenaga kerja yang ada sebagai bentuk tanggung jawab sosial pada lingkungan sekitar perusahaan beroperasi.
5. Gerakan Konsumerisme
Awal perkembangannya tahun 1960-an dinegara barat yang berhasil memberlakukan undang – undang perlindungan konsumen yang meliputi beragam aspek mulai dari perlindungan atas praktik penjualan paksa sampai pemberian ijin lisensi bagi para petugas reparasi alat rumah tangga.
Tujuan Dari Gerakan Konsumerisme
a. Memperoleh perhatian dan tindakan nyata dari kalangan bisnis terhadap keluhan konsumen atas praktek bisnisnya.
b. Pelaksanaan strategi advertensi / periklanan yang realistik dan mendidik serta tidak menyesatkan masyarakat.
c. Diselenggarakan panel – panel disuksi antara wakil konsumen dan produsen.
d. Pelayanan puma jual yang lebih baik.
e. Berjalannya proses publik relation ( PR ) yang lebih menitik beratkan pada kepuasan konsumen daripada promosi semata.
C. Etika Bisnis
Merupakan penerapan secara langsung tanggung jawab sosial dalam suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Etika pergaulan dalam melaksanakan bisnis disebut etika pergaulan bisnis.
- Hubungan Antara Bisnis dengan Langganan / Konsumen
Merupakan pergaulan antara konsumen dengan produsen dan paling banyak ditemui.
- Hubungan Dengan Karyawan
Meliputi penerimaan , latihan , promosi , transfer , demosi maupun pemberehentian.
- Hubungan Antar Bisnis
Merupakan hubungan yang terjadi diantara perusahaan , baik perusahaan kolega , pesaing , penyalur , grosir , maupun distributor.
- Hubungan Dengan Inversor
Pemberian informasi yang benar antar investor.
- Hubungan Dengan Lembaga – Lembaga Keuangan
Merupakan hubungan yang bersifat financial , berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan.
D. Bentuk – Bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis
Beberapa bnetuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di Indonesia adalah :
1. Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila ( HIP )
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL )
3. Penerapan Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 )
4. Perkebunan Inti rakyat ( PIR )
5. Sistem Bapa Angkat – Anak Angkat

MASALAH POKOK DALAM ETIKA BISNIS

3,989 views
Posted by Chief Editor on January 8th, 2009

                                                                                                                                     Ads by Value Media

ethicAndaikan anda adalah seorang direktur teknik yang harus menerapkan teknologi baru. Anda tahu teknologi ini diperlukan dapat meningkatkan efisiensi industri, namun pada saat yang sama juga membuat banyak pegawai yang setia akan kehilangan pekerjaan, karena teknologi ini hanya memerlukan sedikit tenaga kerja saja. Bagaimana sikap anda? Dilema moral ini menunjukkan bahwa masalah etika juga meliputi kehidupan bisnis. Perusahaan dituntut untuk menetapkan patokan etika yang dapat diserap oleh masyarakat dalam pengambilan keputusannya. Sedangkan di pihak lain, banyak masyarakat menganggap etika itu hanya demi kepentingan perusahaan sendiri. Tantangan yang dihadapi serta kesadaran akan keterbatasan perusahaan dalam memperkirakan dan mengendalikan setiap keputusannya membuat perusahaan semakin sadar tentang tantangan etika yang harus dihadapi.

INOVASI, PERUBAHAN DAN LAPANGAN KERJA
Aspek bisnis yang paling menimbulkan pertanyaan menyangkut etika adalah inovasi dan perubahan. Sering terjadi tekanan untuk berubah membuat perusahaan atau masyarakat tidak mempunyai pilihan lain. Perusahaan harus menanam modal pada mesin dan pabrik baru yang biasanya menimbulkan masalah karena ketidakcocokan antara keahlian tenaga kerja yang dimiliki dan yang dibutuhkan oleh teknologi baru. Sedangkan perusahaan yang mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang cukup besar sehingga memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Keuntungan ekonomis dari inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang utama.
Sayangnya biaya sosial dari perubahan jarang dibayar oleh para promotor inovasi. Biaya tersebut berupa hilangnya pekerjaan, perubahan dalam masyarakat, perekonomian, dan lingkungan. Biaya-biaya ini tak mudah diukur. Tantangan sosial yang paling mendasar berasal dari masyarakat yang berdiri di luar proses. Dampak teknologi baru bukan mustahil tak dapat diprediksi. Kewaspadaan dan keterbukaan yang berkesinambungan merupakan tindakan yang penting dalam usaha perusahaan memenuhi kewajibannya.
Dampak inovasi dan perubahan terhadap tenaga kerja menimbulkan banyak masalah dibanding aspek pembangunan lainnya. Banyak pegawai menganggap inovasi mengecilkan kemampuan mereka. Hal ini mengubah kondisi pekerjaan serta sangat mengurangi kepuasan kerja. Perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk menyediakan lapangan kerja dan menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja dalam masa perubahan. Termasuk di dalamnya adalah
mendukung, melatih, dan mengadakan sumber daya untuk menjamin orang-orang yang belum bekerja memiliki keahlian dan dapat bersaing untuk menghadapi dan mempercepat perubahan.

PASAR DAN PEMASARAN
Monopoli adalah contoh yang paling ekstrem dari distorsi dalam pasar. Ada banyak alasan untuk melakukan konsentrasi industri, misal, meningkatkan kemampuan berkompetisi, memudahkan permodalan, hingga semboyan “yang terkuat adalah yang menang”. Penyalahgunaan kekuatan pasar melalui monopoli merupakan perhatian klasik terhadap bagaimana pasar dan pemasaran dilaksanakan. Kecenderungan untuk berkonsentrasi dan kekuatan nyata dari perusahaan raksasa harus dilihat secara hati-hati.
Banyak kritik diajukan pada aspek pemasaran, misal, penyalahgunaan kekuatan pembeli, promosi barang yang berbahaya, menyatakan nilai yang masih diragukan, atau penyalahgunaan spesifik lain, seperti iklan yang berdampak buruk bagi anak-anak. Diperlukan kelompok penekan untuk mengkritik tingkah laku perusahaan. Negara pun dapat menentukan persyaratan dan standar.

PENGURUS DAN GAJI DIREKSI
Unsur kepengurusan adalah bagian penting dari agenda kebijaksanaan perusahaan karena merupakan kewajiban yang nyata dalam bertanggungjawab terhadap barang dan dana orang lain. Perusahaan wajib melaksanakan pengurusan manajemen dengan tekun atas semua harta yang dipertanggungjawabkan pada pemberi tugas. Tugas terutama berada pada pundak direksi yang diharapkan bertindak loyal, dapat dipercaya, serta ahli dalam menjalankan tugasnya. Mereka tidak boleh menyalahgunakan posisinya. Mereka bertanggung jawab pada perusahaan juga undang-undang. Dalam hal ini auditing memegang peranan penting dalam mempertahankan stabilitas antara kebutuhan manajer untuk menjalankan tugasnya dan hak pemegang saham untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan para manajer. Perdebatan mengenai gaji direksi terjadi karena adanya ketidakadilan dalam proses penentuannya, ruang gerak yang dimungkinkan bagi direksi, kurang jelasnya hubungan antara kinerja organisasi dan penggajian, paket-paket tambahan tersembunyi dan kelemahan dalam pengawasan. Tampaknya gaji para direksi meningkat, sementara tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata cenderung menurun, dan nilai saham berfluktuasi. Hal ini menimbulkan kritik dan kesadaran untuk menyoroti kenaikan gaji para eksekutif senior. Informasi dan pembatasan eksternal merupakan unsur penting dalam upaya menyelesaikan penyalahgunaan yang terjadi.

TANTANGAN MULTINASIONAL
Sering terjadi, perusahaan internasional mengambil tindakan yang tak dapat diterima secara lokal. Banyak pertanyaan mendasar bagi perusahaan multinasional, seperti kemungkinan masuknya nilai moral budaya ke budaya masyarakat lain, atau kemungkinan perusahaan mengkesploitasi lubang-lubang perundang-undangan dalam sebuah negara demi kepentingan mereka. Dalam prakteknya, perusahaan internasional mempengaruhi perkembangan ekonomi sosial masyarakat suatu negara. Mereka dapat mensukseskan aspirasi negara atau justru malah membuat frustasi dengan menghambat tujuan nasional. Hal ini meningkatkan kewajiban bagi perorangan maupun industri untuk melaksanakan aturan kode etik secara internal maupun eksternal.

(Sumber: Tom Cannon, Coporate Responsibility)

Sumber: http://indosdm.com/masalah-pokok-dalam-etika-bisnis

ETIKA BISNIS PANCASILA

[Artikel - Th. I - No. 2 - April 2002]

Mubyarto


ETIKA BISNIS PANCASILA

I.       People of the same trade seldom meet together, even for merriment and diversion, but the conversation ends in a conspiracy against the public or in some contrivance to raise prices. It is impossible indeed to prevent such meeting by any law which either could be executed or would be consistent with liberty and  justice. But though th law cannot hinder people of the same trade from sometimes assembling together it ought to do nothing to facilitate such assemblies, much less to render them necessary. (Dikutip dalam Mubyarto, PERPIIS, h. 57)

 II.     Jika ada pendapat bahwa (ilmu) ekonomi tidak mengajarkan keserakahan sedangkan (ilmu atau praktek) bisnis  memang serakah, maka memang yang relevan adalah etika bisnis bukan etika ekonomi atau ekonomi moral. Namun jelas Adam Smith mengajarkan adanya homo ekonomikus atau homo socius atau homo religiousus. Artinya manusia memang mengandung pada dirinya dua sifat yang nampak bertentangan, yaitu sifat-sifat selfish-egois dan sifat-sifat social-symphathetic. Inilah sifat-sifat manusia yang masing-masing digambarkan dalam buku Adam Smith Wealth of Nations (1776) dan The Theory of Moral Sentiments.

 III.    Pengertian social economics atau economic sociology (Max Weber) adalah cara lain untuk menggambarkan sifat-sifat sosial manusia. Artinya manusia pada dasarnya suka hidup bermasyarakat dan saling membutuhkan yang dalam bahasa Jerman dikenal dalam konsep Gemeinschaft (paguyuban) yang dilawankan dengan konsep Gesellschaft (patembayan). Dalam dunia bisnis Jawa ada istilah “Tuna Satak Bati Sanak” yang artinya orang dapat mentoleransi kerugian uang dengan kompensasi bertambahnya persaudaraan (brotherhood).

 IV.    Dalam dunia perbankan di Indonesia sejak krisis moneter (krismon) tahun 1997, yang belum kunjung teratasi sampai sekarang, terlihat telah berkembang sistem dan praktek perbankan kapitalistik yang tidak etik karena menekankan pada pengejaran untung sebesar-besarnya. Dalam perbankan etik harus dihilangkan atau dikurangi nafsu mengejar untung tanpa batas, tanpa memperdulikan kepentingan pihak lain. Perbankan etik di Indonesia harus menuju pada upaya-upaya mengurangi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Perbankan Syariah adalah perbankan yang demikian yang dewasa ini mulai digalakkan.

 V.     The outstanding faults of the economic society in which we live are its failure to provide for full employment and its arbitrary and equitable distribution of welath and income… I believe that there is social and psychological justification for significant inequalities of income and wealth but not for such large disparities as exist today (JM Keynes, 1936).

         Meskipun pernah diantara kita menolak tuduhan Indonesia telah melaksanakan sistem ekonomi Kapitalisme yang cacatnya disebutkan Keynes di atas, tetapi sekarang lebih banyak orang terang-terangan menerima sistem ekonomi tersebut karena dianggap “tak terelakkan” dan karena sejak 1991 jelas kapitalisme telah terbukti memenangkan persaingan dengan sosialisme.

 VI.     I shall argue that these perceptions are justified, that current capitalism is indeed morally deficient. This book is absolut whether, without abandoning capitalism, these serious deficiencies can be overcome (DW Hasslet, Capitalism with Morality, 1994).

         Kapitalisme yang “bermoral” adalah yang kaum buruh (dan petani untuk Indonesia) ikut serta aktif dalam “manajemen produksi”, yang serius mengembangkan program-program penanggulangan kemiskinan, dan jelas-jelas berusaha meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan.

         It is not capitalism per se that is immoral, but current capitalism. Capitalism with morality is possible… a capitalism without extreme inequalities of wealth and opportunity, a capitalism without alienated workers, a capital with morality. (Hasslet, h. 264).

 VII.   Jika Indonesia pernah menyambut baik sistem sosialisme religius yaitu sistem sosialisme yang aturan-aturan mainnya banyak mengacu pada ajaran-ajaran agama, maka di pihak lain ada yang menganggap lebih tepat menerapkan sistem Kapitalisme Pancasila. Pada hemat kami Pancasila berhak menjadi ideologi, pegangan yang secara penuh menggariskan aturan main, kebijakan dan program-program pembangunan nasional baik dalam bidang ekonomi maupun sosial.
 VIII.  Etika Bisnis Indonesia yang dapat kita sebut Etika Bisnis Pancasila mengacu pada setiap sila atau perasan-perasannya. Menurut Bung Karno, pada pidato kelahiran Pancasila 1 Juni 1945, Pancasila dapat diperas menjadi Sila Tunggal, yaitu Gotong Royong, atau Tri Sila sbb: 
         1.       Socio-nasionalisme (Kebangsaan dan Peri Kemanusiaan)
2.      
Socio-demokrasi
(Demokrasi/ Kerakyatan, dan Kesejahteraan Sosial); dan
3.       Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


Syarat mutlak dapat diwujudkannya Etika Bisnis Pancasila adalah mengakui terlebih dahulu Pancasila sebagai ideologi bangsa, sehingga asas-asasnya dapat menjadi pedoman perilaku setiap individu dalam kehidupan ekonomi dan bisnis sehari-hari. Baru sesudah asas-asas Pancasila benar-benar dijadikan pedoman etika bisnis, maka praktek-praktek bisnis dapat dinilai sejalan atau tidak dengan pedoman moral sistem Ekonomi Pancasila.




Prof. Dr. Mubyarto :
Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM dan Ketua Yayasan Agro Ekonomika


Makalah disampaikan dalam Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, Etika Bisnis dan Ekonomi Moral, Jakarta, 5 Maret 2002.